Senin, 08 Februari 2016

Terjemahan: Essential Neurosurgery 3rd Edition (6)


Bab 1: Penilaian dan Pemeriksaan Neurologis


Pemeriksaan nervus cranialis (lanjutan 1)


Nervus trigeminal
Nervus cranialis V (nervus trigeminal) diperiksa dengan menilai sensasi pada tiga divisi pada nervus cranialis; sensasi kornea harus diperiksa menggunakan potongan halus dari kain wool. Fungsi motorik dari nervus V dapat diperiksa dengan palpasi otot ketika pasien mengatupkan rahang dengan erat, memeriksa kekuatan membuka rahang dan deviasi lateral dari rahang (Fig.1.5).





 
 













Nervus fasialis
Nervus fasialis diperiksa dengan menilai gerakan otot wajah. Pada kelemahan fasial upper motor neuron, kelemahan dari otot wajah bagian bawah sangat lebih besar dari pada bagian atas, dengan kekuatan dari m. orbicularis occuli tetap baik. Hal ini dikarenakan terdapat lesi diantara korteks dan nukleus fasialis pada pons. Kelemahan lower motor neuron dibuktikan dengan keterlibatan yang seimbang dari bagian atas dan bawah dari wajah dan dikarenakan sebuah lesi di dalam, atau distal dari, nukleus nervus fasialis pada pons.

Chorda tympani membawa sensasi pengecap dari dua pertiga anterior lidah dan ini dapat diperiksa menggunakan tes berbagai rasa yang diletakkan secara hati-hati pada anterior lidah.

Nervus vestibulokoklear
Nervus cranial VIII terdiri dari:

  1. Nervus koklearis – mendengar
  2. Nervus vestibularis.

Nervus koklearis
Pendengaran dapat diperiksa pada sisi tempat tidur dengan menggerakkan satu jari di dalam meatus pada satu sisi, untuk menghasilkan suara masking, dan mengulang kata-kata pada volume standar dan dari jarak tertentu di dalam telinga lainnya. Membedakan antara tuli konduksi dan sensorineural dapat dibantu dengan menggunakan tes garpu tala.
          Tes Rinne dilakukan dengan mendekatkan garpu tala yang sudah digetarkan di depan meatus eksternus dan kemudian pada prosessus mastoideus. Pada tuli saraf, konduksi udara dan tulang keduanya menurun, tetapi konduksi udara masih lebih baik. Pada tuli konduksi, konduksi tulang lebih baik daripada konduksi udara.
          Pada tes Weber, garpu tala yang telah digetarkan ditempatkan di tengah-tengah dahi. Pada tuli saraf, suara terdengar di telinga yang normal, tetapi pada tuli konduksi, suara terkonduksi ke telinga abnormal.
      Pemeriksaan audiometri harus dilakukan jika terdapat gejala-gejala dari gangguan pendengaran.

Nervus vestibularis
Tes yang paling sederhana untuk memeriksa fungsi vestibular adalah tes kalori, dimana biasanya dilakukan pada pasien dengan curiga menderita tumor angulus cerebellopontine atau sebagai tes fungsi batang otak pada pasien dengan cedera otak berat. Tes ini dijelaskan pada bab 4, halaman 44.

Nervus glossopharingeus dan vagus
Nervus glossopharingeus dan vagus dapat dengan mudah dinilai dengan memeriksa gerak palatum dan sensasi pada faring dan palatum molle. Jika diperlukan plika vokalis (nervus vagus) dapat diperiksa dan pengecap pada lidah sepertiga posterior (nervus glossopharingeus) dapat diperiksa.

Nervus assesorius
Nervus assesorius mensarafi kekuatan motorik pada pars superior m. trapezius dan m. sternocleidomastoideus. Otot yang terakhir dapat diperiksa dengan meminta pasien menolehkan kepala dan diberi tahanan kemudian menginspeksi dan palpasi m. sternocleidomastoideus sisi yang berlawanan. Pemeriksaan m. trapezius yang terbaik adalah dengan meminta pasien untuk mengangkat kedua bahu dan pemeriksa menekan bahu pasien ke bawah dengan paksa.

Nervus hipoglossus
Nervus hipoglossus bertanggung jawab untuk menggerakkan lidah. Inspeksi pada lidah dilakukan untuk mendeteksi atrofi sedangkan observasi gerakan lidah dari sisi ke sisi dilakukan untuk mendeteksi kelemahan. Ujung dari lidah yang dijulurkan dapat terjadi deviasi kearah sisi yang lemah.


Senin, 11 Januari 2016

Terjemahan: Essential Neurosurgery 3rd Edition (5)

Bab 1: Penilaian dan Pemeriksaan Neurologis


Pemeriksaan nervus cranialis

Nervus olfaktorius
Indra pembau dapat diperiksa dengan cara pasien diminta untuk membau melewati salah satu lubang hidung dengan menutup lubang hidung yang lain. Penyebab umum dari anosmia adalah lesi nervus olfaktorius akibat dari cedera kepala, dan tumor yang melibatkan dasar dari fossa cranialis anterior khususnya meningioma sulcus olfaktorius. Penting untuk menggunakan bahan non iritatif ketika melakukan pemeriksaan olfaktori, karena bahan iritatif (cth. amonia) akan menyebabkan iritasi pada mukosa hidung. Stimulus kemudian dipersepsikan oleh serat-serat sensorik umum pada nervus trigeminal.

Nervus optikus
Nervus optikus dapat diperiksa dengan:

  • Mengukur ketajaman penglihatan dan penglihatan warna
  • Memetakan lapangan pandang
  • Pemeriksaan fundus dengan oftalmoskop
  • Refleks cahaya pupil

Ketajaman penglihatan
Ketajaman penglihatan dapat diperiksa menggunakan bagan tipe Snellen standard yang berjarak 6 m. Ketajaman dicatat dalam bentuk pecahan, cth. 6/6 atau 6/12, dimana pembilang menunjukkan jarak bagan ke pasien dalam meter sedangkan penyebut menunjukkan baris dari bagan yang dapat dibaca. 6/6 adalah penglihatan normal. Gangguan refraksi dapat dikoreksi dengan menambahkan kacamata atau dengan meminta pasien melihat bagan melewati pinhole.

Lapangan pandang
Lapangan pandang dapat dipetakan dengan metode konfrontasi, dimana pasien berhadapan dengan pemeriksa dan obyek dengan ukuran bervariasi digerakkan perlahan kedalam lapangan pandang (Fig.1.2). Pemeriksaan formal dengan menggunakan perimetri harus dilakukan pada semua kasus kegagalan penglihatan, tumor hipofisis, tumor parasellar, tumor-tumor lainya yang mungkin melibatkan jalur penglihatan dan penyakit demyelinating, atau jika terdapat keraguan setelah pemeriksaan dengan konfrontasi dimana lapangan pandang mungkin menyempit.

Perimetri dapat dijalankan baik menggunakan layar tangen, seperti layar Bjerrum (Fig.1.3), maupun perimeter Goldmann. Layar Bjerrum mencatat lapangan penglihatan sentral. Dengan memperluas area sentral sampai 30°, lebih mudah untuk mendeteksi skotoma dan untuk mengukur titik buta dan, dengan menggunakan target yang cukup kecil, layar tangen menyediakan representasi yang akurat pada lapangan pandang perifer. Mesin perimetri otomatis akan mampu memeriksa lapangan pandang dengan akurat dan reproduktif yang khususnya bermanfaat bagi pasien-pasien yang kooperatif.


 
































Pola kehilangan lapangan pandang akan bergantung pada lokasi anatomis dari lesi di dalam jalur visual (Fig. 1.4):

  • kehilangan penglihatan total – lesi pada nervus opticus
  • hemianopia altitude – lesi parsial pada nervus opticus karena trauma atau kecelakaan vaskular
  • hemianopia homonim – lesi-lesi pada traktus opticus, radiatio optica, atau cortex calcarina.
  • hemianopia bitemporal – lesi-lesi pada kiasma optica seperti tumor hipofisis, craniopharyngioma, atau meningioma suprasellar.















Pemeriksaan fundus
Pemeriksaan fundus dilakukan menggunakan oftalmoskop dingan perhatian yang khusus pada :

  • Diskus opticus
  • Vasa-vasa
  • Retina
Diskus opticus yang pucat dikarenakan atrofi optik yang terutama akibat dari lesi nervus opticus yang disebabkan oleh kompresi atau demyelinasi, atau secara berurutan, yang mengikuti edema berat pada diskus. Papilloedema dikarenakan peningkatan tekanan intrakranial dan dibuktikan dengan:

  • Margo diskus yang tidak tegas
  • Mangkok optik yang terisi
  • Edema dan tertelannya vena-vena retina, dengan hilangnya pulsasi normal pada vena-vena
  • Perdarahan di sekeliling margo diskus (jika berat).

Nervi craniales ke tiga, empat, dan enam
Semua nervi craniales ini menginervasi musculi ekstraoculi sehingga biasanya diperiksa secara bersama-sama. Pemeriksaan ini mencakup penilaian dari:

  • Posisi palpebra
  • Pupil
  • Pergerakan ekstraokular

Posisi palpebra
Ptosis disebabkan oleh paralisis m. levator palpebra superior akibat lesi n. cranialis III atau karena kelemahan m. tarsal akibat dari lesi simpatis (sindroma Horner).

Pupil
Penilaian meliputi ukuran, bentuk, dan kesamaan pupil. Reaksi pupil terhadap cahaya diperiksa dengan menyinari mata dan mencatat reaksinya baik pada mata yang disinari langsung maupun respon pada mata sebelahnya. Reaksi konvergens dan akomodasi pada penglihatan dekat diperiksa dengan meminta pasien untuk melihat fokus pada obyek dengan jarak tertentu kemudian menempatkan sebuah pena kira-kira 12 cm di depan batang hidung.

Sindroma Horner, pada derajat yang komplit, terdiri dari miosis, ptosis, enophthalmos, serta separuh wajah menjadi kering dan hangat. Hal ini disebabkan oleh lesi pada suplai simpatis seperti akibat dari aneurisma arteri carotis intracavernosa, atau akibat dari tumor Pancoast pada apeks pulmo.

Pupil yang dilatasi (midriasis) akibat dari paralisis serabut parasimpatis yang berasal dari nukleus Edinger – Westphal pada mesencephalon, dan hal ini terlihat pada paresis nervus III. Kemungkinan penyebabnya adalah pembesaran aneurisma arteri komunikans posterior yang menyebabkan penekanan pada serabut-serabut nervus cranialis III (Bab 9) dan herniasi tentorial akibat dari tekanan intrakranial dengan herniasi uncus pada lobus temporalis yang menekan nervus III (Bab 5).

Pupil Argyll ­– Robertson adalah pupil yang kecil, iregular, tidak bereaksi dengan cahaya, bereaksi terhadap akomodasi tapi berespon jelek terhadap midriatikum; ini biasanya disebabkan oleh sifilis.

Pupil myotonik (Holmes – Adie) biasanya diderita pada wanita muda dan manifestasi klinisnya berupa dilatasi unilateral pada salah satu pupil dengan kegagalan bereaksi terhadap cahaya. Pupil terlihat kontriksi secara lambat yang terjadi pada konvergensi yang dipertahankan dalam periode yang lama. Pada sindroma yang sudah komplit reflek patela dan akiles hilang.

Pergerakan okular
Berikut ini adalah gerakan-gerakan general pada otot-otot ekstraokular.

  • Rectus lateral (nervus VI) menggerakkan bola mata secara horisontal ke arah luar.
  • Rectus medial (nervus III) menggerakkan bola mata secara horisontal ke arah dalam.
  • Rectus superior (nervus III) mengangkat bola mata ketika bergerak ke arah luar.
  • Obliquus inferior (nervus III) mengangkat bola mata ketika bergerak ke arah dalam.
  • Rectus inferior (nervus III) menurunkan bola mata ketika bergerak ke arah luar.
  • Obliquus superior (nervus IV) menurunkan bola mata ketika bergerak ke arah dalam.
Pasien dilakukan pemeriksaan diplopia, yang akan mengindikasikan kelemahan otot bola mata sebelum dilakukan pembuktian dengan pemeriksaan. Aturan-aturan berikut ini membantu menentukan otot dan saraf cranial manakah yang terlibat.

  • Pergeseran dari gambar palsu dapat secara horisontal, vertikal atau keduanya.
  • Gambar-gambar yang terpisah paling besar pada arah dimana otot yang lemah bergerak sesuai gerakannya.
  • Gambar palsu bergeser paling jauh pada arah dimana otot yang lemah menggerakkan bola mata.

Gangguan pergerakan bola mata dapat disebabkan oleh kelemahan gerakan konjugasi bola mata. Pusat untuk mengontrol pandangan konjugasi lateral berlokasi pada lobus frontal pars posterior, dengan input dari regio oksipital. Jalur umum terakhir untuk mengontrol gerakan konjugasi adalah pada batang otak, khususnya berkas longitudinal median. Lesi pada lobus frontal menyebabkan paralisis kontralateral dari pandangan konjugasi (cth. bola mata deviasi kearah sisi lesi) dan lesi pada batang otak menyebabkan paralisis ipsilateral dari pandangan konjugasi (cth. mata deviasi ke sisi berlawanan dari lesi).

Nistagmus diperiksa dengan meminta pasien untuk melihat ujung jari telunjuk. Pemeriksaan dilakukan pertama-tama dari tengah kemudian bergerak secara lambat ke kanan, ke kiri dan kemudian vertikal kearah atas dan bawah.

Refleks nistagmus merupakan tipe yang umum, terdiri dari gerakan lambat ke satu arah dan gerakan koreksi cepat pada arah yang lain.

Refleks nistagmus horisontal diakibatkan oleh lesi pada sistem vestibular yang dapat terjadi secara perifer pada labirin, secara sentral pada nukleus di batang otak atau cerebelum. Pada lesi perifer fase cepat berlawanan dengan lesi dan amplitudonya lebih besar pada arah fase cepat. Pada lesi cerebelum fase cepat pada arah pandangan pada waktu yang sama tetapi amplitudonya lebih besar pada sisi lesi. Pada umumnya fase cepat diambil untuk mengindikasikan arah dari nistagmus, sehingga jika fase lambat ke kanan dan fase cepat ke kiri pasien digambarkan menderita nistagmus ke kiri.


Nistagmus vertikal disebabkan oleh lesi batang otak intrinsik seperti multipel sklerosis, tumor batang otak, atau keracunan fenitoin. Disebut juga nistagmus ‘downbeat’, dimana ditandai dengan nistagmus vertikal diperberat oleh pandangan kebawah, yaitu terutama apabila terdapat bukti lesi pada batang otak bagian bawah yang disebabkan oleh sindroma Chiari, dimana batang otak bagian bawah terkompresi oleh tonsila cerebelaris descendens (BAB 11).  

Kamis, 07 Januari 2016

Nokia 130 Dual SIM: ponsel basic yang diatas ekspektasi


Saat ini pengguna smartphone tidak hanya kalangan menengah keatas saja tetapi sudah mencakup seluruh lapisan ekonomi masyarakat. Hal ini dikarenakan harga smartphone yang semakin terjangkau dan banyaknya merk smartphone baik berstatus lokal maupun global yang membanjiri pasar ponsel saat ini. Walaupun begitu, hal ini tidak berarti menghilangkan produksi ponsel basic atau feature phone begitu saja. Buktinya pabrikan-pabrikan besar seperti Nokia, Samsung, LG dan lain-lain masih memproduksinya. Kebutuhan sebagian masyarakat akan ponsel dengan daya tahan baterai yang lama, awet, simpel, dan murah menjadikan ponsel basic masih dicari untuk menunjang pekerjaan dan dijadikan pendamping dari smartphone mereka.

Keunggulan-keunggulan ini yang membuat penulis berniat mencari jenis ponsel basic yang cocok dan handal untuk dibeli. Kondisi penulis yang harus selalu mudah dihubungi membuat ponsel basic sangat penulis butuhkan. Ponsel basic selain difungsikan hanya untuk menerima telepon dan sms, juga dapat dijadikan back up ketika smartphone penulis kehabisan baterai. Untuk itu ponsel basic dengan dual SIM yang penulis prioritaskan untuk diburu.

Kurang lebih satu minggu penulis mencari-cari dan menimbang-nimbang ponsel mana yang akan dibeli. Ponsel basic yang handal seperti LG A230 dan LG A275 sudah tidak ada lagi di pasaran. New Nokia 105 yang membuat penulis tertarik, di Indonesia tidak ada varian dual SIM-nya. Situasi ini sempat membuat penulis pusing. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan pilihan penulis jatuh ke Nokia 130 dual SIM.













 
 












Terdapat tiga pilihan warna untuk Nokia 130 yaitu: hitam, putih, dan merah. Pilhan warna sangat bersifat subyektif sehingga tergantung selera masing-masing. Setelah melihat foto dari ketiga warna Nokia 130, penulis lebih tertarik untuk membeli warna hitam. Warna yang umum untuk ponsel memang, tetapi menurut penulis warna hitam lebih menarik dibandingkan warna yang lain.

 
 















Nokia 130 memiliki dimensi 106 x 45,5 x 13,9 mm dengan bentang layar 1,8 inchi. Walaupun layarnya cukup kecil, ukuran huruf di layar cukup besar sehingga cukup nyaman untuk membaca pesan. Keypad alfanumerik pada ponsel ini empuk dan nyaman dipakai meskipun penggunanya memiliki jari-jari yang besar seperti penulis.

Ponsel ini memiliki dual standby SIM tanpa easy swap. Pengguna harus membuka baterai dulu untuk memasang kartu SIM yang kedua. Kartu SIM yang digunakan juga masih jenis Mini SIM sehingga bagi pemilik kartu SIM lama tidak perlu memotong kartu SIM nya, sedangkan bagi pengguna micro SIM harus memasang bingkai kartu SIM nya dahulu. Charger Nokia 130 sudah memakai konektor charger micro USB, tidak lagi memakai konektor bulat kecil khas Nokia. Sehingga pengguna bisa memakai charger ponsel pintarnya untuk mengisi baterai Nokia 130. Selain untuk mengisi daya, konektor micro USB juga dapat digunakan untuk transfer file ke perangkat komputer atau laptop. Baterai yang digunakan berkapasitas 1020 mAh. Nokia mengklaim baterai Nokia 130 ini dapat digunakan maksimum 46 jam untuk memutar musik, waktu bicara maksimum 13 jam, dan waktu standby maksimum 26 hari dengan dual SIM.

Nokia 130 ini mempunyai kapasitas penyimpanan 500 kontak pada memori ponsel. Akan tetapi, ponsel ini belum mendukung fitur multiple entry. Sehingga, satu nama hanya dapat menyimpan satu nomor. Apabila pengguna memiliki teman yang memiliki lebih dari satu nomor telepon, terpaksa penyimpanannya harus terpisah. Misalnya, Bayu 1, Bayu 2, Bayu Tsel, Bayu IM3, dll.

Di dalam menu kontak, terdapat fitur penyaringan nomor dan pesan. Apabila pengguna memasukkan nomor telepon seseorang ke dalam daftar hitam, ponsel akan tetap senyap jika nomor tersebut menelpon. Pesan yang dikirimkan oleh nomer tersebut akan langsung dimasukkan ke dalam folder khusus.

Memori internal dari ponsel ini memang kecil, tetapi jangan khawatir anda dapat menyematkan memori eksternal sampai maksimal 32 Gb. Suatu keunggulan tentunya bagi sebuah basic phone. Nokia mempromosikan ponsel ini sebagai portable video dan music player. Untuk fungsi ini tentu keberadaan memori eksternal merupakan kebutuhan esensial. Anda dapat menyimpan file video maupun lagu dalam jumlah yang banyak dengan dukungan micro SD ini. Kualitas pemutaran video menurut penulis cukup baik, gambar terlihat jelas dan cukup tajam. Kualitas suara yang dihasilkan juga cukup baik. Suara tidak pecah ketika di loudspeaker dan terdengar cukup jernih. Hal yang membuat penulis cukup kagum adalah ketika mendengarkan lagu menggunakan handsfree berkabel. Suara yang penulis dengar bisa dibilang sangat baik, jernih dan tidak membuat telinga menjadi panas bila digunakan dalam waktu lama. Menurut penulis, kualitas suara ini yang membuat Nokia 130 lebih unggul dibandingkan ponsel-ponsel basic lainnya. Ponsel ini juga dilengkapi dengan Radio FM dengan 30 channel yang dapat diisikan. Untuk memakainya anda harus menancapkan handsfree berkabel terlebih dahulu.

Fitur lain yang penulis sukai dari ponsel ini adalah adanya aplikasi Slam. Slam adalah konektivitas berbasis bluetooth dari Nokia yang mirip NFC. Cara kerja fitur ini dengan menempelkan ponsel berfitur Slam ke ponsel apa saja yang mempunyai bluetooth. Tidak perlu melakukan pairing seperti layaknya bluetooth, cukup tempelkan sebentar saja maka file akan langsung terkirim.

Satu lagi fitur yang sederhana tapi penting bagi penulis yaitu lampu senter. Posisi lampu senter pada Nokia 130 agak berbeda dengan jenis feature phone yang lain. Posisi lampu senter LED ditempatkan di cover belakang mirip lampu flash pada ponsel berkamera. Menyalakannya cukup dengan menekan tombol navigasi ke atas dua kali dan untuk mematikannya dengan menekannya sekali lagi. Sebuah fitur yang sederhana tetapi penting untuk menunjang profesi penulis.   

Berbagai fitur yang diberikan Nokia 130 membuat ponsel ini diatas ekspektasi penulis terutama kualitas suara yang dihasilkan dan fitur file sharing yang disajikan. Semua keunggulan yang ada pada Nokia 130 ini membuat penulis merekomendasikan ponsel ini layak untuk dibeli.


Minggu, 13 Desember 2015

Terjemahan: Essential Neurosurgery 3rd Edition (4)



 Bab 1: Penilaian dan Pemeriksaan Neurologis


Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan neurologis formal harus dilakukan secara sistematis dengan urutan sebagai berikut:
1.    Keadaan mental
2.    Kemampuan bicara
3.    Nervus cranialis
4.    Pemeriksaan ekstrimitas dan badan
(a)  Postur
(b)  Atrofi
(c)  Tonus
(d)  Kekuatan
(e)  Refleks
(f)   Sensasi
(g)  Koordinasi dan gaya berjalan

Keadaan mental

Pemeriksaan keadaan mental mencakup penilaian terhadap:
·         Tingkat kesadaran
·         Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang
·         Memori
·         Keadaan emosional
·         Adanya delusi atau halusinasi

Penilaian yang benar dari keadaan mental adalah awal yang penting untuk mengevaluasi tanda-tanda neurologis yang lain. Pemeriksaan neurologis lainnya akan dijalankan sesuai dengan kondisi mental pasien. Penilaian yang akurat dari tingkat kesadaran sangat penting dalam penyakit-penyakit bedah saraf dan evaluasi tingkat kesadaran menggunakan Glasgow coma scale diuraikan di dalam Bab cedera kepala (Bab 4). Ketidaktepatan istilah seperti ‘stuporose’ harus dihindari dan pemeriksa harus secara obyektif menilai dan menggambarkan respon pasien terhadap stimulus spesifik. ‘Keadaan mengantuk’ -- penurunan tingkat kesadaran – adalah tanda neurologis penting dan mengindikasikan patologi intrakranial mayor. Seperti pada semua gejala-gejala dan tanda-tanda neurologis, penting untuk mendapatkan penilaian tentang progresifitas dari keadaan mengantuk dengan bertanya kepada teman atau keluarga pasien. Tingkat kesadaran yang memburuk adalah sebuah kegawatdaruratan bedah saraf.   
Gangguan memori harus diperiksa secara formal baik ingatan jangka pendek maupun jangka panjang. Pemeriksaan memori jangka pendek dilakukan dengan cara pemeriksa menyebutkan daftar misalnya nama, alamat, dan jenis bunga kemudian meminta pasien untuk mengulang kembali setelah 5 menit. Kehilangan memori jangka pendek terhadap kejadian-kejadian masa lalu yang berhubungan dengan ingatan terhadap keluarganya adalah tipe dari demensia, cth. Alzeheimer disease. Pada psikosis Korsakoff, gangguan pada memori yang baru disertai disorientasi menunjukaan gejala yang berat sehingga pasien akan membuat cerita-cerita untuk memberikan suatu jawaban yang meyakinkan dari suatu pertanyaan. Ini adalah konfabulasi dan secara klasik berhubungan dengan keadaan alkoholik, meskipun walaupun jarang terjadi merupakan akibat dari lesi hipotalamus anterior karena trauma atau perdarahan subarachnoid dan vasospasme.

Gangguan kemampuan bicara

Terdapat empat gangguan kemampuan bicara utama:
1.    Mutisme
2.    Afonia
3.    Disarthria
4.    Disfasia

Mutism
Mutisme dicirikan pada pasien yang waspada tetapi dalam kondisi tidak mau berbicara. Ini merupakan akibat dari lesi yang mempengaruhi aspek medial dari kedua lobus frontal, secara klasik terjadi sebagai akibat dari vasospasme yang berlanjut menjadi perdarahan subarachnoid dari rupturnya aneurisma arteri communicans anterior.

Afonia
 Afonia adalah ucapan yang keluar ketika pasien dapat bicara tapi tidak dapat untuk menghasilkan beberapa volume suara.  Hal ini karena gangguan pada plika vokalis atau laring. Jika pasien dapat batuk secara normal, berarti ini biasanya merupakan kelainan histerik.

Disarthria
Disarthria disebabkan oleh lemahnya koordinasi dari bibir, palatum, lidah dan laring yang diakibatkan oleh lesi pada ekstrapiramidal, batang otak, atau cerebellum. Volume dan isi dari pembicaraan masih normal tetapi pengucapannya mengalami distorsi.

Disarthria spastik. Ini disebabkan oleh penyakit upper motor neuron bilateral karena pseudobulbar palsy, penyakit neuron motorik, atau tumor batang otak.

Disarthria ataksia. Ini disebabkan oleh inkoordinasi dari otot-otot bicara; kata-kata yang diucapkan sering terputus-putus atau scanning dan ritmenya terhenti-henti. Tipe disarthria ini terlihat pada tumor angulus cerebellopontine, lesi cerebellum, multiple sclerosis dan keracunan fenitoin.

Disarthria dapat juga akibat dari lesi-lesi pada lower motor neuron dan otot, seperti yang terjadi pada palatal palsy atau paralisis lidah.

‘Rigid disarthria’. Ini adalah ciri khas dari penyakit Parkinson. Pada kasus yang berat dapat ditemukan fenomena palilalia, dimana terdapat pengulangan konstan pada suku kata yang spesifik.

Disfasia
Disfasia dapat bersifat ekspresif maupun reseptif. Pasien dengan disfasia ekspresif dapat mengerti suatu pembicaraan tetapi tidak dapat menyusun pembicaraannya sendiri. Pasien dengan disfasia reseptif tidak dapat mengerti suatu pembicaraan baik lisan maupun tertulis. Meskipun satu tipe disfasia dapat bersifat predominan, seringnya terjadi campuran dari kedua pola disabilitas tersebut. Disfasia terjadi akibat lesi pada hemisfer dominan, dimana hemisfer kiri pada orang dengan dominan tangan kanan jumlahnya sebanding dengan orang dengan dominan tangan kiri.

Disfasia ekspresif. Ini disebabkan oleh lesi yang mengenai area Broca pada bagian bawah dari girus presentral (fig 1.1) atau regio temporoparietal posterior kiri. Jika regio tersebut terkena, pasien dapat menderita disfasia nominal, dimana kemampuan untuk menamai suatu obyek hilang tetapi kemampuan untuk bicara masih bertahan.

Disfasia reseptif. Diakibatkan oleh lesi pada area Wernicke, dimana girus temporalis superior pars posterior dan lobus parietal didekatnya.

Aleksia
Aleksia adalah ketidakmampuan untuk memahami perkataan tertulis. Aleksia dengan agrafia (ketidakmampuan untuk menulis) disebabkan oleh lesi pada girus angular kiri. Pasien tidak dapat membaca atau menulis secara spontan dan kondisi ini sering desertai dengan disfasia nominal, akalkulia, hemianopia dan agnosia visual. Sindroma Gerstmann terdiri dari agnosia jari pada jari pasien sendiri maupun jari pemeriksa, akalkulia, disorientasi kanan/kiri dan agrafia tanpa aleksia. Lesinya terdapat pada hemisfer dominan pada regio girus angular.