Bab 1: Penilaian dan Pemeriksaan
Neurologis
Pemeriksaan nervus cranialis
Nervus olfaktorius
Indra pembau dapat diperiksa dengan cara
pasien diminta untuk membau melewati salah satu lubang hidung dengan menutup
lubang hidung yang lain. Penyebab umum dari anosmia adalah lesi nervus
olfaktorius akibat dari cedera kepala, dan tumor yang melibatkan dasar dari
fossa cranialis anterior khususnya meningioma sulcus olfaktorius. Penting untuk
menggunakan bahan non iritatif ketika melakukan pemeriksaan olfaktori, karena
bahan iritatif (cth. amonia) akan menyebabkan iritasi pada mukosa hidung.
Stimulus kemudian dipersepsikan oleh serat-serat sensorik umum pada nervus
trigeminal.
Nervus optikus
Nervus optikus dapat diperiksa dengan:
- Mengukur ketajaman penglihatan dan penglihatan
warna
- Memetakan lapangan pandang
- Pemeriksaan fundus dengan oftalmoskop
- Refleks cahaya pupil
Ketajaman penglihatan
Ketajaman penglihatan dapat diperiksa
menggunakan bagan tipe Snellen standard yang berjarak 6 m. Ketajaman dicatat
dalam bentuk pecahan, cth. 6/6 atau 6/12, dimana pembilang menunjukkan jarak
bagan ke pasien dalam meter sedangkan penyebut menunjukkan baris dari bagan
yang dapat dibaca. 6/6 adalah penglihatan normal. Gangguan refraksi dapat
dikoreksi dengan menambahkan kacamata atau dengan meminta pasien melihat bagan
melewati pinhole.
Lapangan pandang
Lapangan pandang dapat dipetakan dengan
metode konfrontasi, dimana pasien berhadapan dengan pemeriksa dan obyek dengan
ukuran bervariasi digerakkan perlahan kedalam lapangan pandang (Fig.1.2).
Pemeriksaan formal dengan menggunakan perimetri harus dilakukan pada semua
kasus kegagalan penglihatan, tumor hipofisis, tumor parasellar, tumor-tumor
lainya yang mungkin melibatkan jalur penglihatan dan penyakit demyelinating,
atau jika terdapat keraguan setelah pemeriksaan dengan konfrontasi dimana
lapangan pandang mungkin menyempit.
Perimetri dapat dijalankan baik
menggunakan layar tangen, seperti layar Bjerrum (Fig.1.3), maupun perimeter
Goldmann. Layar Bjerrum mencatat lapangan penglihatan sentral. Dengan
memperluas area sentral sampai 30°, lebih mudah untuk mendeteksi skotoma dan untuk
mengukur titik buta dan, dengan menggunakan target yang cukup kecil, layar
tangen menyediakan representasi yang akurat pada lapangan pandang perifer.
Mesin perimetri otomatis akan mampu memeriksa lapangan pandang dengan akurat
dan reproduktif yang khususnya bermanfaat bagi pasien-pasien yang kooperatif.
Pola kehilangan lapangan pandang akan
bergantung pada lokasi anatomis dari lesi di dalam jalur visual (Fig. 1.4):
- kehilangan penglihatan total – lesi pada nervus
opticus
- hemianopia altitude – lesi parsial pada nervus
opticus karena trauma atau kecelakaan vaskular
- hemianopia homonim – lesi-lesi pada traktus
opticus, radiatio optica, atau cortex calcarina.
- hemianopia bitemporal – lesi-lesi pada kiasma
optica seperti tumor hipofisis, craniopharyngioma, atau meningioma suprasellar.
Pemeriksaan fundus
Pemeriksaan fundus dilakukan menggunakan
oftalmoskop dingan perhatian yang khusus pada :
- Diskus opticus
- Vasa-vasa
- Retina
Diskus opticus yang pucat dikarenakan
atrofi optik yang terutama akibat dari lesi nervus opticus yang disebabkan oleh
kompresi atau demyelinasi, atau secara berurutan, yang mengikuti edema berat
pada diskus. Papilloedema dikarenakan peningkatan tekanan intrakranial dan dibuktikan
dengan:
- Margo diskus yang tidak tegas
- Mangkok optik yang terisi
- Edema dan tertelannya vena-vena retina, dengan
hilangnya pulsasi normal pada vena-vena
- Perdarahan di sekeliling margo diskus (jika
berat).
Nervi craniales ke tiga, empat, dan enam
Semua nervi craniales ini menginervasi
musculi ekstraoculi sehingga biasanya diperiksa secara bersama-sama. Pemeriksaan
ini mencakup penilaian dari:
- Posisi palpebra
- Pupil
- Pergerakan ekstraokular
Posisi palpebra
Ptosis disebabkan oleh paralisis m.
levator palpebra superior akibat lesi n. cranialis III atau karena kelemahan m.
tarsal akibat dari lesi simpatis (sindroma Horner).
Pupil
Penilaian meliputi ukuran, bentuk, dan
kesamaan pupil. Reaksi pupil terhadap cahaya diperiksa dengan menyinari mata
dan mencatat reaksinya baik pada mata yang disinari langsung maupun respon pada
mata sebelahnya. Reaksi konvergens dan akomodasi pada penglihatan dekat
diperiksa dengan meminta pasien untuk melihat fokus pada obyek dengan jarak
tertentu kemudian menempatkan sebuah pena kira-kira 12 cm di depan batang
hidung.
Sindroma Horner, pada derajat yang komplit, terdiri dari
miosis, ptosis, enophthalmos, serta separuh wajah menjadi kering dan hangat.
Hal ini disebabkan oleh lesi pada suplai simpatis seperti akibat dari aneurisma
arteri carotis intracavernosa, atau akibat dari tumor Pancoast pada apeks
pulmo.
Pupil yang dilatasi (midriasis) akibat dari paralisis serabut
parasimpatis yang berasal dari nukleus Edinger – Westphal pada mesencephalon,
dan hal ini terlihat pada paresis nervus III. Kemungkinan penyebabnya adalah
pembesaran aneurisma arteri komunikans posterior yang menyebabkan penekanan
pada serabut-serabut nervus cranialis III (Bab 9) dan herniasi tentorial akibat
dari tekanan intrakranial dengan herniasi uncus pada lobus temporalis yang
menekan nervus III (Bab 5).
Pupil Argyll – Robertson adalah pupil
yang kecil, iregular, tidak bereaksi dengan cahaya, bereaksi terhadap akomodasi
tapi berespon jelek terhadap midriatikum; ini biasanya disebabkan oleh sifilis.
Pupil myotonik (Holmes – Adie) biasanya
diderita pada wanita muda dan manifestasi klinisnya berupa dilatasi unilateral
pada salah satu pupil dengan kegagalan bereaksi terhadap cahaya. Pupil terlihat
kontriksi secara lambat yang terjadi pada konvergensi yang dipertahankan dalam
periode yang lama. Pada sindroma yang sudah komplit reflek patela dan akiles
hilang.
Pergerakan okular
Berikut ini adalah gerakan-gerakan
general pada otot-otot ekstraokular.
- Rectus lateral (nervus VI) menggerakkan bola
mata secara horisontal ke arah luar.
- Rectus medial (nervus III) menggerakkan bola
mata secara horisontal ke arah dalam.
- Rectus superior (nervus III) mengangkat bola
mata ketika bergerak ke arah luar.
- Obliquus inferior (nervus III) mengangkat bola
mata ketika bergerak ke arah dalam.
- Rectus inferior (nervus III) menurunkan bola
mata ketika bergerak ke arah luar.
- Obliquus superior (nervus IV) menurunkan bola
mata ketika bergerak ke arah dalam.
Pasien dilakukan pemeriksaan diplopia,
yang akan mengindikasikan kelemahan otot bola mata sebelum dilakukan pembuktian
dengan pemeriksaan. Aturan-aturan berikut ini membantu menentukan otot dan
saraf cranial manakah yang terlibat.
- Pergeseran dari gambar palsu dapat secara
horisontal, vertikal atau keduanya.
- Gambar-gambar yang terpisah paling besar pada
arah dimana otot yang lemah bergerak sesuai gerakannya.
- Gambar palsu bergeser paling jauh pada arah
dimana otot yang lemah menggerakkan bola mata.
Gangguan pergerakan bola mata dapat
disebabkan oleh kelemahan gerakan konjugasi bola mata. Pusat untuk
mengontrol pandangan konjugasi lateral berlokasi pada lobus frontal pars
posterior, dengan input dari regio oksipital. Jalur umum terakhir untuk
mengontrol gerakan konjugasi adalah pada batang otak, khususnya berkas
longitudinal median. Lesi pada lobus frontal menyebabkan paralisis
kontralateral dari pandangan konjugasi (cth. bola mata deviasi kearah sisi
lesi) dan lesi pada batang otak menyebabkan paralisis ipsilateral dari
pandangan konjugasi (cth. mata deviasi ke sisi berlawanan dari lesi).
Nistagmus diperiksa dengan meminta pasien untuk
melihat ujung jari telunjuk. Pemeriksaan dilakukan pertama-tama dari tengah
kemudian bergerak secara lambat ke kanan, ke kiri dan kemudian vertikal kearah
atas dan bawah.
Refleks nistagmus merupakan tipe yang umum, terdiri dari gerakan
lambat ke satu arah dan gerakan koreksi cepat pada arah yang lain.
Refleks nistagmus horisontal diakibatkan
oleh lesi pada sistem vestibular yang dapat terjadi secara perifer pada
labirin, secara sentral pada nukleus di batang otak atau cerebelum. Pada lesi
perifer fase cepat berlawanan dengan lesi dan amplitudonya lebih besar pada
arah fase cepat. Pada lesi cerebelum fase cepat pada arah pandangan pada waktu
yang sama tetapi amplitudonya lebih besar pada sisi lesi. Pada umumnya fase
cepat diambil untuk mengindikasikan arah dari nistagmus, sehingga jika fase
lambat ke kanan dan fase cepat ke kiri pasien digambarkan menderita nistagmus
ke kiri.
Nistagmus vertikal disebabkan oleh lesi
batang otak intrinsik seperti multipel sklerosis, tumor batang otak, atau
keracunan fenitoin. Disebut juga nistagmus ‘downbeat’, dimana ditandai
dengan nistagmus vertikal diperberat oleh pandangan kebawah, yaitu terutama
apabila terdapat bukti lesi pada batang otak bagian bawah yang disebabkan oleh
sindroma Chiari, dimana batang otak bagian bawah terkompresi oleh tonsila
cerebelaris descendens (BAB 11).